Konflik antara satwa liar dengan manusia masih terus terjadi hingga saat ini. Habitat serta pakan alami yang semakin berkurang menyebabkan kasus terjadinya konflik terus meningkat. Selain itu, permukiman serta berbagai aktivitas masyarakat yang berdekatan dengan wilayah jelajah satwa liar menyebabkan adanya persaingan ruang serta intensitas perjumpaan yang meningkat. Hal tersebut tentu saja menjadi ancaman bagi kedua belah pihak. Disisi lain tak jarang satwa liar yang berkonflik mengalami kematian akibat berbagai tindakan penanggulangan konflik yang dilakukan. Oleh karena itu, langkah-langkah penanganan konflik yang tepat serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian satwa liar sangat diperlukan.

Proses evakuasi buaya di Padang Pariaman (Dok. BKSDA Sumbar)
Melansir dari berita Kementrian lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, seekor buaya dievakuasi dari Nagari III Koto Aur Malintang Selatan, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kabupaten Padang Pariaman pada hari Kamis 30 September 2021. Proses evakuasi tersebut berawal dari laporan seorang warga Bernama Dafri kepada petugas Balai KSDA Sumatera Barat (BKSDA Sumbar) yang diwakili oleh Resort Konservasi Wilayah (RKW) Padang Pariaman. Dafri mengaku melihat keberadaan satwa buaya di saluran irigasi yang sering dimanfaatkan masyarakat setempat untuk kegiatan sehari-hari. Agar tidak terjadi konflik, masyarakat berinisiatif untuk menangkap satwa tersebut terlebih dahulu. Setelah proses evakuasi, dilakukan pengecekan terhadap buaya yang diketahui kondisinya baik dan tidak memiliki luka atau cedera serius. Selanjutnya petugas melakukan serah terima dengan masyarakat untuk ditempatkan ke kandang transit satwa RKW Padang guna identifikasi dan pengecekan kesehatan lebih lanjut.
Keberadaan buaya tersebut telah dilaporkan sejak bulan April lalu. Sejak mendapatkan informasi tersebut, petugas BKSDA Sumbar yang diwakili oleh Resort Padang Pariaman langsung melaksanakan pemantauan lapangan secara berkala untuk mencari keberadaan buaya yang dilaporkan. Selain itu, petugas juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang status satwa dan tindakan terhadap satwa untuk meminimalisir resiko terjadinya konflik. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu penataan lingkungan perairan yang diduga sebagai habitat buaya dan itu menjadi prioritas utama dalam penanganan permasalahan. Areal-areal perairan tertentu yang diduga sebagai lokasi habitat maupun home range (jalur jelajah) buaya, harus dihindari penggunaan serta pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar sehingga konflik dapat diminimalisir.
Sumber : https://www.menlhk.go.id/site/single_post/4456
Be a part of SCENTS mission to save beautiful creatures from illegal wildlife trafficking.