Ikan belida merupakan jenis ikan air tawar yang memiliki nilai jual cukup tinggi. Selain sebagai ikan konsumsi, motif serta bentuknya yang unik menjadikan ikan ini juga populer sebagai ikan hias. Belida termasuk ikan endemik Indonesia serta terdiri dari empat jenis yakni Chitala borneensis atau Belida Borneo, Chitala hypselonotus atau Belida Sumatera, Notopterus notopterus atau Belida Jawa, dan Chitala lopis atau Belida Lopis Jawa. Keempat jenis tersebut termasuk dalam daftar ikan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 Tahun 2018.

Tahun 2020 dinyatakan punah

Spesimen Chitala lopis yang tersimpan di Natural History Museum, London

Sangat disayangkan, pada tahun 2020 salah satu jenis ikan belida yakni C. lopis dinyatakan punah (Extinct) oleh IUCN Red List. C. lopis atau Belida Lopis Jawa mempunyai ciri khas  punggungnya meninggi sehingga bagian perut tampak melebar dan pipih. Bagian atas kepalanya cekung serta sirip bagian anal menyatu dengan sirip ekor yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Awalnya jenis ini juga diduga tersebar luas di wilaya Sumatera dan Kalimantan. Namun berdasarkan penelitian terbaru menunjukkan bahwa Belida Lopis Jawa hanya ditemukan di sungai-sungai Jawa Tengah dan Jawa Barat. Belida aktif berburu pada malam hari serta lebih menyukai perairan yang tenang dan gelap. Ikan ini merupakan salah satu predator puncak pada rantai makanan di perairan tawar Pulau Jawa, sehingga hilangnya dari habitat sangat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.

Penyebab kepunahan

Pencemaran sungai menjadi salah satu penyebab kepunahan(Dok. Noel Celis, 2017)

Perubahan fungsi lahan terutama di wilayah perairan yang terjadi secara massif di seluruh wilayah Pulau Jawa menjadi penyebab utama punahnya ikan Belida Lopis Jawa. Habitat alami yang terus berkurang menyebabkan ikan ini terus terdesak hingga dinyatakan punah. Selain itu, penangkapan secara terus-menerus tanpa adanya upaya konservasi turut menjadi faktor penyebab kepunahan. Ikan lopis dewasa mampu tumbuh hingga ukuran 1,5-7 kg. Ukurannya yang cukup besar menjadikan ikan ini lebih mudah untuk dieksploitasi. Semakin tercemarnya wilayah sungai, danau, serta rawa-rawa juga mengakibatkan penurunan populasinya.

Keberadaan di penangkaran

Terdapat laporan keberadaan ikan belida dewasa yang diduga sebagai C. lopis yang tertangkap pada salah satu sungai di Jawa Barat. Ikan tersebut kemudian dibawa ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk menjadi koleksi akuarium. Menurut Kepala divisi Zoologi Generasi Biologi Indonesia, ikan belida yang tertangkap tersebut berbeda dengan jenis belida lain yang menjadi koleksi di TMII serta secara visual sangat mirip dengan morfologi C. lopis. Namun untuk membuktikan hal tersebut perlu dilakukan kajian lebih lanjut baik secara morfologi maupun genetik. Apabila secara genetik ikan tersebut merupakan C. lopis, maka perlu adanya pembaharuan status konservasi ikan tersebut dari punah menjadi punah di alam (Extinct in the Wild) karena masih tersisa di penangkaran.

Be a part of SCENTS mission to save beautiful creatures from illegal wildlife trafficking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *