Sebuah kapal yang mengangkut sebanyak 120 ton minyak sawit atau Crude Palm oil (CPO) tenggelam di Sungai Mahakam, bawah Jembatan Mahkota II pada hari Sabtu (10/4/2021). Menurut Kasi Unit Pencarian dan Pertolongan, Basarnas Kaltim, peristiwa tersebut terjadi pada saat kapal Self Propelled Oil Barge (SPOB) Mulia Mandiri melintasi perairan Sungai Mahakam menuju Teluk Cinta. Ketika berada di daerah Simpang Pasir, Kecamatan Palaran, Samarinda, tiba-tiba kapal dengan delapan anak buah kapal (ABK) tersebut oleng dan tenggelam. Hal tersebut diduga disebabkan oleh arus deras yang membuat kapal tidak seimbang.
Sebanyak tujuh ABK berhasil menyelamatkan diri dengan berenang menuju daratan, sementara satu orang dinyatakan hilang. Korban baru berhasil dievakuasi sehari kemudian dalam kondisi meninggal dunia. Peristiwa tersebut mengakibatkan Sungai Mahakam tercemar dan berubah warna menjadi oranye.
Dampak tumpahan minyak
Tak hanya meninggalkan duka bagi korban awak kapal, peristiwa tenggelamnya kapal pengangkut minyak sawit tersebut juga menyebabkan pencemaran serta kerugian bagi nelayan sekitar Sungai Mahakam. Molekul minyak dapat menghalangi cahaya matahari menembus air sungai. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses fotosintesis serta respirasi biota air, sehingga ketersediaan oksigen didalam air menurun drastis. Hal ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup berbagai biota air, salah satunya Pesut Mahakam yang statusnya terancam punah.
Selain itu, tumpahan minyak juga mencemari tambak-tambak milik warga disekitar sungai. Akibatnya puluhan kilogram ikan budidaya warga mati selang beberapa jam setelah kapal tengelam. Tentu saja hal ini menyebabkan nelayan sekitar sungai menderita kerugian materi mencapai puluhan juta. Air baku Sungai Mahakam juga digunakan warga untuk memenuh kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, bahkan minum dan memasak.
Upaya penanggulangan
Penangganan pencemaran air sungai dilakukan dengan menyedot oil spill (tumpahan minyak) menggunakan alat Giant Octopus Skimmer milik salah satu perusahaan yang berlokasi di sekitar wilayah tersebut. setelah disedot, cairan akan ditampung untuk kemudian diproses lebih lanjut agar minyak dan air yang tercampur dapat terpisah. Menurut Kasi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Samarinda, sebanyak 3.600 liter minyak sawit berhasil diangkat dan dipisahkan sampai hari Kamis (15/4/2021). Selain penyedotan, untuk melokalisir penyebaran minyak juga digunakan alat Static Oil Boom. Alat tersebut sudah dibentang untuk menghalau penyebaran minyak sejak awal kapal tenggelam. Diharapkan penangganan tumpahan minyak ini akan segera selesai sehingga ekosistem sungai Mahakam tidak lagi tercemar.
Sumber :
Be a part of SCENTS mission to save beautiful creatures from illegal wildlife trafficking.