Paus merupakan salah satu mamalia laut yang melakukan aktivitas migrasi secara rutin. Perjalanan migrasi tersebut dilakukan dari perairan utara yang dingin menuju perairan tropis yang lebih hangat. Pada awalanya para peneliti menduga musim kawin menjadi faktor yang memicu para paus melakukan migrasi. Menjelang musim kawin, paus akan bermigrasi menuju perairan yang lebih hangat untuk melahirkan dan menjauh dari pemangsa. Namun berdasarkan penelitian terbaru, ternyata perjalanan migrasi paus tidak hanya untuk berbiak saja. Melansir dari Science Mag, para peneliti menemukan bahwa perjalanan migrasi paus dilakukan untuk melepaskan sel kulit luar mamalia tersebut. Pada wilayah perairan yang dingin, lapisan diatom mikroskopis pada paus akan menebal serta regenerasi kulit berlangsung sangat lambat sehingga mendorong paus menuju perairan yang lebih hangat.
Paus terdampar
Fenomena paus terdampar pada saat melakukan migrasi telah meningkat beberapa tahun terakhir. Sebagian besar paus yang terdampar akan mati dan hanya sedikit yang berhasil dikembalikan ke laut. seperti yang baru terjadi di perairan Indonesia. Sebanyak 52 Paus Pilot Sirip Pendek (Globicephala macrorhynchus) terdampar di Pantai Modung, Bangkalan, Jawa Timur, pada hari Jumat (19/2/2021). Paus tersebut diperkirakan berasal dari perairan Australia dan bermigrasi melewati perairan Indonesia. Fenomena tersebut sebenarnya telah terjadi sejak hari Kamis (18/2/2021), sebagian besar paus tersebut masih hidup dan berhasil didorong oleh para nelayan ke tengah laut kembali. Namun pada malam harinya, puluhan paus tersebut kembali terdampar di tepi pantai. Kondisi air laut yang surut membuat paus kesulitan berenang kembali ke laut. Setelah dilakukan proses evakuasi, hanya 3 ekor paus yang masih hidup dan berhasil dikembalikan ke laut.
Kejadian serupa juga terjadi di pantai Selandia Baru pada hari Senin (22/2/2021). Departemen Selandia Baru (DOC) menuturkan bahwa 49 Paus Pilot Sirip Panjang (Globicephala melas) ditemukan terdampar di area Farewell Spit yang berjarak 90 kilometer sebelah utara kota wisata Nelson di South Island. Sebanyak 60 orang berupaya untuk menjaga paus-paus tersebut tetap hidup sampai bisa berenang kembali ke laut saat air pasang. Akhirnya sebanyak 40 ekor paus berhasil diselamatkan. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, setidaknya fenomena ini telah terjadi sebanyak 10 kali di area tersebut. Bahkan pada tahun 2017, 700 ekor paus nyaris terdampar dengan 250 paus diantaranya akhirnya mati.
Gangguan navigasi
Pada saat melakukan migrasi, pada umumnya paus akan melewati jalur yang sama. Kemampuan paus dalam menginggat jalur yang dilalui di dukung oleh keberadaan biomagnitit yang dimilikinya. Biomagnitit merupakan zat yang terdapat pada retina cetacea paus dan berfungsi sebagai indra magnetis yang membantu paus dalam mengetahui arah pergerakan. Gangguan navigasi paus akibat medan geomagnetik di dekat pantai serta medan magnet yang tegak lurus terhadap daratan dianggap berperan dalam terdamparnya paus secara massal di wilayah pesisir tertentu. Fenomena badai serta bintik matahari yang terjadi beberapa tahun sekali juga mengakibatkan perubahan yang cukup besar pada medan magnet bumi, sehingga sangat berpengaruh terhadap rute migrasi jenis paus yang menggunakan geomagnetis sebagai navigasi alami.
Beberapa jenis paus memiliki pemimpim rombongan saat bermigrasi. Jika pemimpin kehilangan orientasi akibat gangguan medan magnet maupun kondisi tubuh yang tidak sehat, maka rombongan yang menyertainya akan mengikuti ke arah yang salah. Selain itu, serangan dari predator, cuaca yang ekstrem, serta pergerakan mengikuti pakan alami kearah daratan juga dapat menyebabkan paus terdampar. Disamping faktor alami tersebut, kebisingan bawah laut yang ditimbulkan dari kapal, pemecah es, anjungan pengeboran, serta sonar militer juga dapat mengganggu orientasi serta komunikasi mamalia laut secara masif. Massa jenis air yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara menyebabkan suara yang dihasilkan akan merambat lima kali lebih cepat daripada di udara. Suara yang memiliki intensitas lebih dari 200 desibel dapat memicu pembentukan gelombang gas pada pembuluh darah mamalia laut. Hal tersebut menyebabkan suplai darah terganggu hingga menimbulkan kematian.
Sumber :
- https://www.inews.id/multimedia/photo/51-paus-pilot-mati-terdampar-di-bangkalan-dikubur-massal/1/2
- https://news.detik.com/internasional/d-5400197/kasihan-puluhan-paus-terdampar-di-teluk-selandia-baru?_ga=2.219314265.1779396844.1614052872-462031964.1589882104
- https://www.republika.co.id/berita/qoxfrl328/analisis-pakar-soal-terdamparnya-52-paus-pilot-di-bangkalan
- https://sains.kompas.com/read/2020/02/22/193200623/demi-kulit-yang-sehat-mungkin-ini-alasan-migrasi-paus-pembunuh?page=all
- https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/17/055737265/mengapa-paus-dan-lumba-lumba-bisa-terdampar-ini-beberapa-sebabnya?page=all
Be a part of SCENTS mission to save beautiful creatures from illegal wildlife trafficking