Bentuk Moncong Hiu Gergaji yang Khas

Sebagai negara maritim, wilayah perairan Indonesia lebih luas dibandingkan dengan datarannya yaitu 2:1. Tentu saja hal tersebut berkaitan dengan keanekaragaman hayati biota perairan yang tinggi di negara kita. Berbagai ekosistem perairan seperti laut, sungai, dan danau menjadi habitat utama bagi berbagai jenis ikan termasuk diantaranya 117 jenis hiu. Salah satu jenis hiu yang memiliki ciri morfologi yang unik adalah Hiu Gergaji atau Pari Gergaji (Pristis spp.). Bentuk moncong yang panjang (rostrum) menyerupai pedang dan dihiasi dengan gigi-gigi tajam pada bagian sampingnya (rostral teeth) menjadikannya terlihat seperti gergaji. Ikan ini mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai macam salinitas perairan. oleh karena itu, ikan ini memiliki habitat yang luas meliputi wilayah pesisir, muara, dan air tawar (sungai dan danau). Terdapat 4 jenis Hiu Gergaji yang hidup di Indonesia dari total 7 jenis yang ada di dunia, salah satunya Pari Gergaji Gigi Besar (Pristis pristis/ Largetooth Sawfish).

Pari Gergaji Gigi Besar

Pari Gergaji Gigi Besar (Pristis pristis)

Hiu ini memiliki ukuran tubuh cukup besar dan mampu tumbuh hingga ukuran mencapai 6,6 meter. Sebanyak 14 hingga 22 gigi tajam menghiasi setiap sisi moncongnya. Gigi gergaji tersebut berfungsi untuk pertahanan diri saat bertemu dengan predator lainnya serta sebagai indra perasa saat berburu. Gigi-gigi tersebut akan merasakan getaran sinyal listrik detak jantung mangsangnya. Hal tersebut memungkinkan hiu ini untuk mencari mangsa pada kondisi air berlumpur dan malam hari. Selain itu, bentuk moncong hiu ini juga dijadikan sebagai alat pemukul untuk membantu melumpuhkan mangsanya secara cepat. Ikan ini merupakan penghuni air tawar serta menyukai daerah tropis. Persebarannya cukup luas yaitu meliputi Australia, India, Papua Nugini, Afrika Selatan, dan Thailand. Sedangkan di Indonesia, ikan ini terdapat di Sungai Digul, Danau Yamor Kaimana, Sungai Mahakam, Sungai Siak, Sungai Sepih, dan Danau Sentani.

Ancaman Kepunahan

Penggunaan moncong Pari Gergaji sebagai simbol keagamaan sebuah kuil di Taiwan

Danau Sentani (Papua) menjadi salah satu habitat bagi ikan unik ini. Masyarakat setempat mengenalnya dengan nama Hiu Sentani. Sayangnya keberadaan ikan ini di Danau Sentani diberitakan hampir punah. Ancaman eksploitasi berlebihan serta kerusakan habitat menjadi faktor yang menyebabkan penurunan populasinya. Selain pengambilan moncongnya, bagian sirip, daging, serta tulang rawan juga ikut diperdagangkan secara ilegal. Moncong Hiu Gergaji diperdagangkan sebagai kerajinan suku-suku di beberapa negara, koleksi, serta souvenir. Bentuk moncong yang panjang juga menjadikan ikan ini lebih rawan tertangkap secara tidak sengaja oleh jaring nelayan.

Berbagai limbah rumah tangga, industri, maupun sampah plastik yang kian mencemari perairan menyebabkan kerusakan habitat alami hiu ini. Hilangnya vegetasi sekitar perairan menyebabkan turunnya kualitas serta kuantitas air. Degradasi habitat alaminya juga disebabkan oleh laju pembangunan yang tinggi. Selain ancaman tersebut, siklus reproduksi hiu ini yang lambat menjadikan laju perkembangan populasinya lebih rendah dibandingkan laju kepunahannya. Reproduksinya hanya terjadi setiap 2 tahun sekali dan jumlah anak hanya mencapai 8 ekor.

Upaya Perlindungan

Lukisan kulit kayu asal Pulau Asei, Danau Sentani yang menggambarkan hubungan manusia dengan alam serta makhluk hidup lainnya, salah satunya Pari Gergaji (Chris Paino/Mongabay)

Saat ini status konservasi Hiu Gergaji menurut IUCN Red List adalah sangat terancam punah (Critically Endangered). Hal tersebut menunjukkan bahwa secara global hiu ini menghadapi resiko yang sangat tinggi dari kepunahan di alam liar. Di Indonesia, hiu ini telah masuk kedalam daftar satwa liar yang dilindungi sesuai Peranturan Menteri lingkungan hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106 Tahun 2018. Sehingga segala bentuk perburuan dan perdagangan bagian satwa ini dianggap ilegal serta mempunyai sanksi hukum yang tegas.

Upaya-upaya konservasi tentu saja diperlukan guna mendukung peraturan yang telah berlaku. Pendekatan melalui kebudayaan, pengenalan terkait jenis-jenis ikan tersebut, penyadartahuan tentang peran pentingnya di alam perlindungan habitat alami (nursery habitat) sangat diperlukan. Selain itu, penelitian mengenai Hiu Gergaji juga perlu ditingkatkan sehingga data-data penting mengenai satwa ini dapat digunakan untuk mendukung upaya konservasinya.

Be a part of SCENTS mission to save beautiful creatures from illegal wildlife trafficking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *